Pilpres kali ini kata banyak orang adalah pilpres paling rame dan paling menyita perhatian publik. Hanya ada 2 pasangan capres dan cawapres yang maju, yaitu Probowo-Hatta dan Jokowi-JK, mungkin hal itu juga yang menyebabkan para pendukung begitu fanatik terhadap jagoannya masing-masing. Sehingga banyak sekali black campaign yang meresahkan tapi juga kadang-kadang lucu dan asyik buat hiburan soalnya sering gak masuk akal haha.
Setiap kali saat membuka twitter dan facebook ada pemandangan menarik yang hanya muncul pada saat pilpres, dimana timeline dipenuhi dengan posting teman-teman mengenai presiden pilihannya, baik itu kampanye biasa, kampanye negatif maupun kampanye hitam dan hal itu juga saya lakukan hehe. Setidaknya ini menjadi hiburan yang lumayan menarik ketimbang menyaksikan YKS, yang dulu saya juga sering nonton haha. TvOne dan Metro Tv juga jadi stasiun TV yang selalu ditonton karena ketidaknetralannya, asik lho lihat stasiun TV yang mati-matian belain capresnya, dan menjatuhkan capres lain dengan sangat absurd. :D
Di tulisan ini saya nggak akan bahas tentang profil capres atau cawapres panjang lebar. Tapi saya ingin menyampaikan pandangan pribadi saya tentang masing-masing capres. Pertama tentang Prabowo, ya, menurut saya Prabowo itu tegas, ya memang tegas beliau kan mantan anggota TNI. Dan Indonesia memang butuh pemimpin yang tegas, saya setuju dengan pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa tegas adalah berani mengambil keputusan dan berani mengambil resiko, saya setuju, tapi tegas secara fisik juga diperlukan. Ketegasan memang menjadi poin plus plus bagi Prabowo, akan tetapi juga diperlukan visi misi yang jelas untuk menyalurkan ketegasan itu. Menurut saya, dalam menyampaikan visi dan misinya pada saat debat capres yang lalu Prabowo menyampaikan sesuatu yang terlalu tinggi, sesuatu yang sangat general dan sangat “PKN” sekali (yang ini kata kakak saya) hehe.
Koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo juga merupakan salah satu kekuatan yang menjadi nilai plus buat Prabowo, Ia didukung oleh 61% di parlemen, ini berkaitan dengan kelancaran program-program Prabowo jika Ia kelak terpilih menjadi presiden RI, tinggal apakah Prabowo bisa menjaga kesolidan koalisinya? Itu masalah lain. Akan tetapi saya sendiri kurang begitu suka dengan koalisi gemuk, karena menurut saya hal tersebut akan mengakibatkan pemerintahan yang kurang sehat seperti koalisi partai Demokrat oleh SBY (pernyataan ini tidak berlaku untuk pendukung SBY hahaha).
Di mata pendukungnya, Prabowo juga merupakan sosok yang anti pencitraan dia tidak suka diliput wartawan. Ya, saya setuju, Prabowo begitu jujur, dia tampil apa adanya, beliau tampil dengan kudanya, dengan mobil mewahnya, dengan helikopternya, dan segala sesuatu yang menunjukkan kekayaannya, itu jujur lho. Dan saran saya tetaplah jadi Prabowo yang begitu, jangan turun ke rakyat gak usah ikut-ikutan Jokowi, karena kalo pak Prabowo ikut ke rakyat pasti akan dibandingkan dengan Jokowi, nanti kalah .
Sekarang lanjut ke capres kedua yaitu Jokowi, kelebihan Jokowi adalah.. apa ya? mmm saya butuh waktu yang cukup lama buat mikir apa sih kelebihan yang dimiliki Jokowi, mungkin ini yang disebut mencintai tanpa alasan eh? salah, mendukung tanpa alasan. Tapi untuk pilpres ini, mendukung harus ada alasannya.
Jokowi adalah sosok yang sederhana, merakyat, dan suka blusukan mungkin buat sebagian orang ini hanya pencitraan semata, namun buat saya ini adalah suatu bentuk perhatian lebih yang diberikan pemimpin kepada rakyatnya, jarang lho pemimpin kaya gini. Mendengarkan keluhan langsung dari rakyat tentu akan membantu seorang pemimpin menentukan kebijakannya. Asal dicatat jangan meminta wartawan untuk ikut blusukan, tapi biarlah wartawan itu yang ikut dengan sendirinya . Mungkin dengan pendapat saya tadi, saya akan dianggap termakan pencitraan, haha oke2 saja, pendapat setiap orang boleh berbeda-beda.
Jokowi memiliki track-record yang bersih, hal ini menjadi salah satu kelebihan dari Jokowi, bebas dari kasus korupsi dan memiliki kinerja yang baik pada jabatan sebelumnya (langsung pada teriak jakarta 5 tahun woy haha). Pengalaman yang dimiliki oleh Jokowi dalam mengurus birokrasi dan pemerintahan tentu akan sangat membantu ketika ia kelak menjadi presiden nantinya, jika terpilih semoga konsistensi ini tetap dijalankan Jokowi.
Penyampaian visi-misi Jokowi pun menurut saya juga lebih realistis dan dapat lebih mudah dimengerti oleh masyarakat, walaupun dalam penyampaiannya agak terbata-bata dan tidak sehebat dan selancar pidato yang disampaikan lawannya yaitu Prabowo. Oh iya tapi saya kurang setuju dengan pernyataan Jokowi mengenai pembatasan investor asing yang disampaikan waktu debat, itu akan memberikan gambaran buruk mengenai investor asing terhadap Jokowi (harusnya jangan disampaikan waktu debat hehe). Juga KJP dan KJS tidak perlu diulang secara terus menerus.
Ya itu mungkin sekilas tentang capres di pilpres kali ini, sedikit dan gak bisa menggambarkan sosok sesungguhnya dari masing-masing capres. Hal lain yang menjadi perhatian saya selanjutnya adalah kampanye hitam yang dilakukan oleh masing-masing tim sukses atau siapapun yang menyerang capres lain. Kampanye hitam ini benar-benar telah mengorbankan persatuan bangsa. Salah satu kampanye hitam misalnya isu yang mengatakan bahwa Jokowi adalah keturunan Tionghoa. Saya bukan sedih karena isu ini menyerang Jokowi, akan tetapi saya prihatin karena mendapati kenyataan bahwa diskriminasi terhadap ras masih terjadi di negri ini. Mungkin penyebar isu tersebut menganggap ras yang satu lebih rendah dari ras lain dan tidak memperdulikan perasaan suku, agama dan ras yang lain. Sungguh memprihatinkan.
Kampanye hitam yang menyerang Prabowo misalnya kasus pelanggaran HAM 1998 mungkin ini bisa dikategorikan sebgai kampanye negatif (maafkan saya jika tidak obyektif). Kubu dari Prabowo sudah berkali-kali membantahnya dan menganggapnya sudah kadaluwarsa. Ini memang suatu permainan politik, karena pada saat mendampingi Mega sebagai wapres isu ini tidak pernah dipersoalkan. Akan tetapi pernyataan yang dilontarkan pendukung Prabowo yang menyatakan bahwa kasus ini sudah lewat, sudah kadaluwarsa sangat menyakitkan hati dari keluarga korban penculikan 1998. Mungkin cara terbaik menghadapi kampanye hitam ini adalah Pak Prabowo dengan kesadaran diri datang ke Komnas HAM.
Kampanye yang masih menggunakan arak-arakan sepeda motor yang bising, pengrusakan, bahkan penganiyaan kepada orang yang tidak bersalah juga menjadi problem utama. Sebaiknya tim kampanye kedua pasang capres benar-benar memonitor hal ini jangan sampai terulang kembali. Sehingga kampanye damai dapat benar-benar dilakukan.
Mungkin sangat susah bagi kita untuk menentukan siapa yang akan kita pilih di pilpres kali ini. Tapi saya sudah menentukan pilihan untuk mendukung Jokowi-JK. Saya bukan fans sejati yang langsung menaruh pilihan kepada Jokowi-Jk. Proses mengamati di media dan membaca artikel-artikel mengenai pilpres juga saya lakukan untuk menentukan pilihan. Mungkin ada anggapan kurang kerjaan atau apalah tapi saya rasa ini menjadi suatu proses pembelajaran yang mengasyikan.
Awalnya saya melihat koalisi di Prabowo beserta pendukungnya, yang saya rasa sebagian dari mereka adalah orang-orang yang kecewa, sebut saja Mahfud MD, yang gagal menjadi cawapres Jokowi dan langsung pindah haluan ke Prabowo. Semula saya kagum dengan ketegasan Mahfud MD di MK, tetapi semenjak beliau bergabung ke kubu Prabowo, saya lihat ada perubahan yang drastis dari sikapnya (pengamatan saya nonton tv sebagai orang awam). Saya juga melihat pendukung di kubu Prabowo adalah orang-orang yang keras sebut saja Fadli Zon, yang dengan berbagai cara membela Prabowo, ya walaupun itu memang sudah menjadi kewajiban dari Fadli Zon. Tapi entah mengapa saya kurang suka dengan cara penyampaiannya.Berbeda halnya dengan pihak Jokowi, ada Anies Baswedan yang menyampaikan sesuatu lebih positif dan mengena ke sasaran.
Bagi-bagi menteri juga dilakukan oleh kubu Prabowo di awal pembentukan koalisi. Saya sudah bosan dengan hal ini, sama seperti yang dilakukan oleh SBY, sehingga menteri-menteri yang berkuasa tidak sesuai dengan bidangnya. Lain halnya dengan koalisi Jokowi-Jk, meskipun pasti ada kerjasama-kerjasama politik antar partai, tapi saya rasa dilakukan dengan cara yang lebih elegan dan tidak menyakiti hati rakyat. Ada banyak pendapat bahwa Indonesia perlu dipimpin oleh pemimpin yang diktator. Saya tidak setuju dengan pernyataan itu, sama sekali tidak menghargai semangat perjuangan reformasi yang telah dilakukan oleh aktivis 98.
Ya, memilih presiden merupakan pilihan setiap orang, setiap orang berhak menentukan pilihannya masing-masing. Mungkin tulisan saya ini gak ada isinya dan ngalor-ngidul gak karuan, tapi gapapa lah, selama masih bisa mengemukakan pendapat, kemukakan! Lebih baik daripada diam. Buat saya, memilih Jokowi-JK membutuhkan proses penilaian yang lama. Dan ternyata pada akhirnya hanya dibutuhkan hati nurani (bukan Hanura) untuk menentukan pilihan .Pilihlah presiden bukan hanya untuk kepentinganmu, keluargamu, pekerjaanmu, kelompokmu, dan golonganmu, tapi pilihlah presiden untuk Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar